Posted by :
Unknown
Jumat, 31 Mei 2013
Metode
mengajar dan belajar cepat merupakan suatu kumpulan praktik di kelas untuk
mengkondisikan kembali para siswa ke dalam keaddan mental dan fisiologis yang
positif melalui berbagai cara sugesti yang terang-terangan dan halus. Guru
akseleratif menciptakan kelas belajar yang menghasilakan jiwa yang positif,
yang mendukung kemampuan pelaksanaan kegiatan secara kreatif dan mudah.
Aktifitas-aktifitas
khusus kelas akselerartif terbagi dalam tiga segmen. Pertama adalah tahap persiapan,
di mana lingkungan internal dan eksternal siswa dipersiapkan untuk proses
belajar yang dilakukan dengan cepat dan mudah. Untuk mengkondisikan para siswa,
ruang kelas diatur berbeda dari biasanya. Kursi diatur sedemikian rupa sehingga
para siswa dapat melakukan kontak mata satu sama lain sebagai suatu kelompok
yang menyenangkan. Seluruh pelajaran yang dibuat oleh guru dalam bentuk gambar
berwarna, animasi, slide show sebagai alat yang membantu ingatan siswa.
Kalimat-kalimat positif dipajang dalam kelas atau musik klasik diputar saat
siswa memasuki kelas.
Kelas dimulai
dengan melakukan aktifitas fisik selama beberapa menit untuk melemaskan
otot-otot. Kemudian relaksasi tubuh dan revisualisasi positif dari keberhasilan
sebelumnya menempatkan siswa dalam keadaan menttal yang prima dan perhatian
yang rileks terhadap apa saja yang terjadi di kelas. Kalimat-kalimat dan
sugesti positif diberikan kepada siswa. Tahap kedua adalah tahap presentasi
materi, yang dilakukan secara energetis dan dramatis (kerap menggunakan
musik klasik dramatis sebagai latar belakang). Presentasinya bisa singkat atau
panjang, pertanyaan dan soal dihindari pada saat itu, walaupun sesekali siswa
mungkin diarahakan untuk menjawab dengan arahan-arahan. Misalnya, “Ceritakan
kepada temanmu sebanyak mungkin, beberapa jenis komponen tahap persiapan untuk
kelas belajar cepat yang dapat kamu ingat.” (bukan seperti ini: “dapatkan kamu
mengingat semua komponen tahap persiapan kelas belajar cepat?”). para guru
belajar beorientasi saat berbicara sehingga belahan otak yang dominan-bahasa
dapat dilibatkan kata-kata yang positif dan melibatkan modalitas serta intonasi
mengaktifkan otak para siswa dengan kecenderungan atau cara belajar visual,
auditorial ataupun kinestetik. Para siswa membayangkan isi atau menghubungkan
ciri visual yang ada dengan isinya. Metafora dan analogi menciptakan
citra-citra yang mudah diingat. Para siswa juga tampil dalam kelompok kecil
atau seluruh kelas sehingga terlaksanaan pengajaran setara belajar yang kooperatif.
Tahap ketiga,
tahap aktivasi dan elaborasi, membuat para siswa
menggunakan materi yang dipelajari dalam simulasi atau permainan, termasuk
permainan peran, menebak identitas, dan menggunakan kuis-kuis tanpa dinilai. Koreksi
dibuat secara tidak langsung, tak pernah menunjuk siswa yang membuat kesalahan, tetapi secara halus mengajarkan
kembali seluruh siswa untuk menjelaskan isi pelajaran.akhirnya kuis-kuis dengan
penilaian digunakan setelah semua siswa menguasai materinya dan mempunyai
keyakinan dalam pengetahuan dan keterampilan mereka.